skip to main | skip to sidebar

Bayu Firmansyah

  • Home
    Home Sweet Home
  • Pages
    Browse Pages
    • Home
    • Posts RSS
    • Comments RSS
    • Edit
  • Categories
    By Category
    • Home
    • Posts RSS
    • Comments RSS
    • Edit
Subscribe

Jumat, 09 November 2012

Budaya Menghakimi Tanpa Bukti


ILUSTRASI
Kebiasaan mencap orang (negatif) sebelum kenal, atau di luar negeri akrap disebut labeling, awalnya dilakukan demi tujuan baik. Dulu, labeling dilakukan untuk mengakui, mengenal, dan membedakan orang yang satu dengan lainnya. 

Namun entah mengapa, kini kegiatan labeling (atau sering ditulis labelling) malah berkonotasi buruk. Dalam istilah sosial, kini labeling dianggap sebagai cara mengidentifikasi orang ( yang dianggap sebagian besar orang lain demikian ) hingga menjadi bentuk diskriminasi. Meski kadang, kegiatan labeling juga bisa digunakan untuk menunjukkan hal positif. 

Labeling bisa disematkan kepada apapun, baik itu kebiasaan orang atau profesi orang, yang pada akhirnya berdampak pada pandangan umum, yang menyamaratakan orang-orang yang berada dalam "kotak" labeling itu.

Misalnya, banyak orang berpikir seseorang yang tampan, kaya raya, memiliki popularitas, pasti dia playboy. Meski dugaan ini belum tentu benar, namun karena ada pria dengan status demikian benar-benar playboy, maka orang lain yang tidak melakukannya, namun memiliki strata sosial sama, buru-buru dicap playboy juga. 

Contoh dalam kehidupan nyata tentang sosok demikian, adalah John Mayer, seorang musisi muda bersinar. Oleh publik, sejak lama ia memang dikenal sebagai "womanizer", sang penakluk wanita, alias Casanova-nya Hollywood. Lihat saja daftar mantan kekasihnya yang berjejer. Mulai dari Jennifer Aniston, Taylor Swift, Jessica Simpson, Jennifer Love Hewitt, hingga Minka Kelly.

Namun alangkah tak adil, jika stigma macam itu, lantas disematkan pada semua pemuda idola asal Hollywood. Karena ulah macam itu buktinya tak dilakoni Robert Pattinson, aktor yang tak kalah tenar dari Mayer. Alih-alih menjadi playboy, masyarakat justru mengenal Pattinson sebagai pemuda baik yang berhati lapang. Pasalnya ia pernah diselingkuhi kekasihnya, Kristen Stewart, namun ia tetap memaafkan dan akhirnya mereka rujuk kembali. 

Kesetiaan Pattinson memang mengagumkan, bahkan di majalah Vanity Fair edisi April 2012, aktor itu mengatakan, "Ada hal yang tak saya mengerti, mengapa seseorang berselingkuh? Bagaimana Anda bisa menjalin dua hubungan dalam saat bersamaan? Saya bukan tipe demikian. Jika memilih menjalin hubungan dengan seseorang, itu berarti saya menjalaninya 100 %." 

Bintang Berotak Encer
Budaya labeling lain, juga terjadi di dunia model. Kebanyakan orang berpikir semua model hanya menjual kecantikan dan keindahan tubuh, hingga ada asumsi kalau bicara masalah intelegensia mereka kurang dapat diandalkan. 

Tentu saja anggap ini salah, karena sudah ada banyak bukti, bahwa seorang model bisa meraih posisi terhormat, justru karena mengandalkan otaknya. Tyra Banks salah satunya. Ia adalah model yang mendapat sertifikat dari Harvard University’s Executive Education Owner/President Manager Program bulan Februari 2012. 

Selain itu, ada aktris Natalie Portman yang dalam banyak kesempatan berhasil membuktikan bahwa otaknya sangat cerdas. Portman bahkan berhasil lulus dari Harvard College dengan nilai baik pada 2003. Ia juga masuk semifinal kompetisi penelitian Intel Science Talent Search. Mantan aktris cilik ini pernah juga berprofesi sebagai asisten peneliti di Fakultas Psikologi dan bekerja untuk profesor hukum termuda dalam sejarah Harvard, Alan Dershowitz.

Ketika lulus sarjana, ia menguasai empat bahasa di luar Ibrani, yakni Prancis, Jerman, Jepang, dan Arab. Selama mengikuti perkuliahan, ia hanya bermain di dua film walau kariernya tengah melambung saat itu. "Saya tidak peduli jika kuliah saya meruntuhkan karier. Saya lebih ingin menjadi orang pintar, dari pada menjadi bintang," paparnya kepada New York Post. 

Tanpa Bukti
Ganda Upaya, M.A, seorang sosiolog berkomentar banyak tentang bidata labeling, Ia katakan orang-orang sering diberi label, karena berkat peran media sebagai wadah yang mengorbitkan bereita, dan menyebarluaskannya. 

Soal anggapan bahwa semua artis tak pintar misalnya, Ganda jelas tak setuju akan hal itu. Ia yakin, banyak artis berjuang keras untuk mencapai posisinya yang sekarang, dan kalau memang benar mereka tak pintar, tak mungkin hal itu akan terjadi. Kemampuan memerankan sebuah karakter dengan baik, membutuhkan intelegensia dari individu tersebut, dan ini jelas bukan pekerjaan yang mudah.

"Meski dicap dengan label tertentu, jika orang itu biasa saja, maka semua akan biasa. Tapi bisa jadi, mereka yang terkena stigma buruk ini, akan mendapat sanksi sosial. Misalnya jadi dicemooh atau dikucilkan. Kalau memang ingin diterima masyarakat, maka bertindaklah mengubah diri, perbaiki ke arah positif. Di Indonesia, masyarakat memang cepat memberi label, tanpa ada bukti," ujar dosen di Departemen Sosiologi, FISIP UI itu.

Ia terangkan, kalau di luar negeri, sebelum memberi label masyarakat lebih dulu melihat bukti. Dan kalaupun ada individu yang salah, yang terkena cap hanya individu itu, bukan orang lain yang seprofesi dengannya.


ANALISIS :



No.
Kata yang tidak baku
Kata baku
1.
2.
3.
4.
5.
Akrap
Hingga
Kadang
Artis
Anggap
Akrab
Sehingga
Sehingga
Aktris
Anggapan


sumber : http://koran-jakarta.com/index.php/detail/view01/105095


Diposting oleh Bayu Firmansyah di Jumat, November 09, 2012
Posting Lebih Baru » « Posting Lama Beranda
Selamat Datang di Blog ini Created by : Bayu Firmansyah Terimakasih Atas Kunjungannya Silahkan Tinggalkan Komentar

About Me

Foto Saya
Bayu Firmansyah
gw adalah gw... bukan orang lain!!
Lihat profil lengkapku

Labels

  • tulisan bahasa Indonesia (softskill) (4)
  • tulisan bahasa Inggris BISNIS 1 (10)
  • tulisan bhs inggris bisnis1 (5)

Blog Archive

  • ►  2010 (11)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Oktober (4)
    • ►  Desember (5)
  • ►  2011 (8)
    • ►  Januari (1)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Maret (2)
    • ►  April (2)
    • ►  November (1)
  • ▼  2012 (17)
    • ►  Januari (1)
    • ►  Maret (2)
    • ►  April (1)
    • ►  Oktober (3)
    • ▼  November (3)
      • Budaya Menghakimi Tanpa Bukti
      • HIKMAH DIBALIK KESALAHAN (part 1)
      • HIKMAH DIBALIK KESALAHAN (part 2)
    • ►  Desember (7)
  • ►  2013 (14)
    • ►  Mei (1)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  November (11)
  • ►  2014 (9)
    • ►  Maret (2)
    • ►  April (2)
    • ►  Juni (5)

Followers

bagai mana menurut anda tentang blog yang saya buat?

Bayu Firmansyah. Diberdayakan oleh Blogger.

My Editing

Animasi Naruto

Gunadarma

  • http://baak.gunadarma.ac.id
  • http://bayu_f@rocketmail.com
  • http://gunadarma.ac.id
  • http://studentsite.gunadarma.ac.id

Universitas Gunadarma

Universitas Gunadarma
logo universitas
 
Copyright © Bayu Firmansyah. All rights reserved.
Classipress | Boutique Wordpress
Blogger Templates